“..janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan..” [Al Baqarah:195]
Pilih pemimpin yang mau mencegah dan memberantas kemungkaran seperti korupsi, nepotisme, manipulasi, dll:
“Apabila perkara (urusan) diserahkan kepada selain ahlinya, maka nantikanlah kiamat/kehancuran.” [HR Bukhari]
“Barang siapa melihat
kemungkaran, maka hendaknya ia merubah dengan tangannya, jika tidak
mampu, maka hendaknya merubah dengan lisannya, jika tidak mampu, maka
dengan hatinya. Dan yang demikian itulah selemah-lemahnya iman”. (HR.
Muslim)
Pemimpin negara adalah faktor
penting dalam kehidupan bernegara. Jika pemimpin negara itu jujur, baik,
cerdas dan amanah, niscaya rakyatnya akan makmur. Sebaliknya jika
pemimpinnya tidak jujur, korup, serta menzalimi rakyatnya, niscaya
rakyatnya akan sengsara.
Oleh karena itulah Islam memberikan
pedoman dalam memilih pemimpin yang baik. Dalam Al Qur’an, Allah SWT
memerintahkan ummat Islam untuk memilih pemimpin yang baik dan beriman:
“Kabarkanlah kepada orang-orang
munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu)
orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman
penolong dengan meninggalkan orang-orang mu’min. Apakah mereka mencari
kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan
kepunyaan Allah. “ (An Nisaa 4:138-139)
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi
dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu): sebahagian mereka adalah
pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil
mereka sebagai pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan
mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada oarng-orang
yang zalim ” (QS. Al-Maidah: 51)
“Hai orang2 yang beriman!
Janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu menjadi
pemimpin-pemimpinmu, jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas
keimanan. Dan siapa di antara kamu menjadikan mereka menjadi pemimpin,
maka mereka itulah orang2 yang zalim” (At Taubah:23)
“Hai orang2 yang beriman! Janganlah kamu mengambil orang2 kafir menjadi wali (teman atau pelindung)” (An Nisaa:144)
“Janganlah orang2 mukmin mengambil
orang2 kafir jadi pemimpin, bukan orang mukmin. Barang siapa berbuat
demikian, bukanlah dia dari (agama) Allah sedikitpun…” (Ali Imran:28)
Selain beriman, seorang pemimpin juga harus adil:
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata,
bahwasanya Rasulullah saw bersabda: “ada tujuh golongan manusia yang
kelak akan memperoleh naungan dari Allah pada hari yang tidak ada lagi
naungan kecuali naungan-Nya, (mereka itu ialah):
1. Imam/pemimpin yang adil
2. Pemuda yang terus-menerus hidup dalam beribadah kepada Allah
3. Seorang yang hatinya tertambat di masjid-masjid
4. Dua orang yang bercinta-cintaan karena Allah, berkumpul karena Allah dan berpisah pun karena Allah
5. Seorang pria yang diajak (berbuat
serong) oleh seorang wanita kaya dan cantik, lalu ia menjawab
“sesungguhnya aku takut kepada Allah”
6. Seorang yang bersedekah dengan satu
sedekah dengan amat rahasia, sampai-sampai tangan kirinya tidak
mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya
7. Seorang yang selalu ingat kepada Allah (dzikrullâh) di waktu sendirian, hingga melelehkan air matanya.
(HR. Bukhari dan Muslim)
“Hai orang-orang yang beriman!
Tegakkanlah keadilan sebagai saksi karena Allah. Dan janganlah rasa
benci mendorong kamu berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena itu
lebih dekat dengan taqwa…” (Q.s. Al-Maidah 5: 8)
Keadilan yang diserukan al-Qur’an pada
dasarnya mencakup keadilan di bidang ekonomi, sosial, dan terlebih lagi,
dalam bidang hukum. Seorang pemimpin yang adil, indikasinya adalah
selalu menegakkan supremasi hukum; memandang dan memperlakukan semua
manusia sama di depan hukum, tanpa pandang bulu. Hal inilah yang telah
diperintahkan al-Qur’an dan dicontohkan oleh Rasulullah ketika bertekad
untuk menegakkan hukum (dalam konteks pencurian), walaupun pelakunya
adalah putri beliau sendiri, Fatimah, misalnya.
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah
kamu orang yang benar-benar menegakkan keadilan, menjadi saksi karena
Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau bapak ibu dan kaum kerabatmu.
Jika ia kaya atau miskin, Allah lebih mengetahui kemaslahatan
keduanya”. (Qs. An-Nisa; 4: 135)
Dalam sebuah kesempatan, ketika seorang
perempuan dari suku Makhzun dipotong tangannya lantaran mencuri,
kemudian keluarga perempuan itu meminta Usama bin Zaid supaya memohon
kepada Rasulullah untuk membebaskannya, Rasulullah pun marah. Beliau
bahkan mengingatkan bahwa, kehancuran masyarakat sebelum kita disebabkan
oleh ketidakadilan dalam supremasi hukum seperti itu.
Dari Aisyah ra. bahwasanya
Rasulullah saw. bersabda: adakah patut engkau memintakan kebebasan dari
satu hukuman dari beberapa hukuman (yang diwajibkan) oleh Allah?
Kemudian ia berdiri lalu berkhutbah, dan berkata: ‘Hai para manusia!
Sesungguhnya orang-orang sebelum kamu itu rusak/binasa dikarenakan
apabila orang-orang yang mulia diantara mereka mencuri, mereka bebaskan.
Tetapi, apabila orang yang lemah mencuri, mereka berikan kepadanya
hukum’. (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Abu Daud, Ahmad,
Dariini, dan Ibnu Majah)
Dari hadits di atas, tidak pantas jika
kita mengangkat seorang koruptor/pencuri sebagai pemimpin. Sebaliknya,
koruptor harus dihukum agar kita tidak binasa.
“Sesungguhnya Allah akan
melindungi negara yang menegakkan keadilan walaupun ia kafir, dan tidak
akan melindungi negara yang dzalim (tiran) walaupun ia muslim”. (Mutiara
I dr Ali ibn Abi Thalib)
Pilihlah pemimpin yang jujur:
Dari Ma’qil ra. Berkata: saya akan
menceritakan kepada engkau hadist yang saya dengar dari Rasulullah saw.
Dan saya telah mendengar beliau bersabda: “seseorang yang telah
ditugaskan Tuhan untuk memerintah rakyat (pejabat), kalau ia tidak
memimpin rakyat dengan jujur, niscaya dia tidak akan memperoleh bau
surga”. (HR. Bukhari)
Pilih pemimpin yang Ahli/Amanah sebab jika tak ahli kita semua akan hancur/binasa:
“Apabila perkara (urusan) diserahkan kepada selain ahlinya, maka nantikanlah kiamat/kehancuran.” [HR Bukhari]
“..janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan..” [Al Baqarah:195]
Pilih pemimpin yang mau mencegah dan memberantas kemungkaran seperti korupsi, nepotisme, manipulasi, dll:
“Barang siapa melihat
kemungkaran, maka hendaknya ia merubah dengan tangannya, jika tidak
mampu, maka hendaknya merubah dengan lisannya, jika tidak mampu, maka
dengan hatinya. Dan yang demikian itulah selemah-lemahnya iman”. (HR.
Muslim)
Pilih pemimpin yang bisa mempersatukan ummat, bukan yang fanatik terhadap kelompoknya sendiri:
Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyatakan dalam Al Qur’an :
“ … Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian, orang-orang Muslim, dari dahulu … .” (QS. Al Hajj : 78)
Dalam menafsirkan ayat di atas, Imam Ibnu Katsir menukil satu hadits yang berbunyi :
“Barangsiapa menyeru dengan
seruan-seruan jahiliyah maka sesungguhnya dia menyeru ke pintu jahanam.”
Berkata seseorang : “Ya Rasulullah, walaupun dia puasa dan shalat?”
“Ya, walaupun dia puasa dan shalat, walaupun dia mengaku Muslim. Maka
menyerulah kalian dengan seruan yang Allah telah memberikan nama atas
kalian, yaitu : Al Muslimin, Al Mukminin, Hamba-Hamba Allah.” (HR. Ahmad
jilid 4/130, 202 dan jilid 5/344)
Ada beberapa sifat baik yang harus
dimiliki oleh para Nabi, yaitu: Amanah (dapat dipercaya), Siddiq
(benar), Fathonah (cerdas/bijaksana), serta tabligh (berkomunikasi dgn
baik dgn rakyatnya). Sifat di atas juga harus dimiliki oleh pemimpin
yang kita pilih.
Pilih pemimpin yang amanah, sehingga dia
benar-benar berusaha mensejahterakan rakyatnya. Bukan hanya bisa
menjual aset negara atau kekayaan alam Indonesia untuk kepentingan
pribadi dan kelompoknya.
Pilih pemimpin yang cerdas, sehingga dia
tidak bisa ditipu oleh anak buahnya atau kelompok lain sehingga
merugikan negara. Pemimpin yang cerdas punya visi dan misi yang jelas
untuk memajukan rakyatnya.
Terkadang kita begitu apatis dengan
pemimpin yang korup, sehingga memilih Golput. Sikap golput atau tidak
memilih pemimpin merupakan sikap yang kurang baik. Dalam Islam,
kepemimpinan itu penting, sehingga Nabi pernah berkata, jika kalian
bepergian, pilihlah satu orang jadi pemimpin. Jika hanya berdua, maka
salah satunya jadi pemimpin. Sholat wajib pun yang paling baik adalah
yang ada pemimpinnya (imam).
Pilih pemimpin yang hidup sederhana. Tidak menumpuk harta, tapi mensedekahkan sebagian besar hartanya untuk rakyatnya.
Karena pemboros itu menurut Allah adalah temannya Setan:
”Berikanlah hartamu kepada
keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang
yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu
secara boros.
Sesungguhnya pemboros-pemboros
itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar
kepada Tuhannya.” [Al Israa’:26-27]
Kriteria Pemimpin yg baik: Berani
Menasionalisasi perusahaan2 yg mengelola tambang (migas, emas, batubara,
dsb), Memberantas korupsi dgn membersihkan jajaran pimpinan Polri,
Hakim, dan Jaksa dari koruptor, memberdayakan rakyat dgn Pasar2 murah
(BUMN, BUMD), membangun Industri nasional, membangun pertanian,
peternakan, dan perikanan, dsb.
Hidup sederhana, jujur, adil, dan amanah serta rela menderita demi kesejahteraan rakyatnya.
Hidup sederhana, jujur, adil, dan amanah serta rela menderita demi kesejahteraan rakyatnya.
Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2009/06/26/bagaimana-cara-memilih-pemimpin-menurut-islam/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar